Saya, ingin mencatat ini sebagai sesuatu yang
penting dalam perjalanan proses Forum Belajar Sastra yang tadi, Jumat, 04032016
sebagai pertemuan ke enam. Sedang untuk pertemuan yang kemarin saya tak punya
sempat untuk menuliskan sesuatu. Maka saya ingin mencoba menuliskan dua
pertemuan dalam satu catatan ini.
Jam, 6.30 WIB, sendirian saja saya bernyanyi kecil
ke arah timur, ke tempat biasanya, Pujuk Pongkeng di Desa Aeng Baja Raja,
sebagai tempat kami berdiskusi, baca puisi, bahkan sekadar bersama sebagai mula
dari aktifitas rutin kami. Sebelumnya saya sempat menelpon Ramsi meski saya
sengaja tak menanyakan apa dia akan berangkat bersamaku, atau berangkat sendiria.
Karena tumben saya ingin lebih dulu sampai ke Pongkeng, saya ingin merasai
sendiri di sana, merasakan desir anginnya yang dingin, ingin memandang
pemandangan yang bisa terjangkau, seperti laut di selatan, dan dereta
rumah-rumah yang seperti titik kecil di bagian utara.
Sampai di Pongkeng saya tak melirik jam sudah pukul
berapa. Seperti biasanya saya akan berdiri mematung di depan Asta. Sebuah makam
penggerak bahkan mungkin pahlawan yang sudah pasti beliau adalah pejuang walau
entah saya tak begitu paham silsilah dan ceritanya. Memang sedikit aneh, sebab
makam ini hanya ada satu keluar dari kelaziman yang ada. Biasanya minimal
sekali akan ada makam-makam yang lain seperti biasanya makam-makam di Asta
Tinggi, Asta Moncek. Tapi, yang ini tidak. Kemana yang lain? Semisal anak dan
keluarga serta kerabatnya? Tiba-tiba saya merasakan sedikit energi, ah ini
bukan perkara mistik atau metos, sebab itu semua lahir dari pertanyaan kecil
yang dijabar-jabarkan sendiri oleh saya. Misal, betapa hebat kalau dalam berjuang,
atau jalan sunyi dalam sebuah ide dan gagasan bertahan meski hanya sendiri.
Saya lalu menariknya kepada saya sendiri. Lebih semangat, karena saya tak
sendiri.
Sehabis mematung saja, dan melihat-lihat sekeliling
dari makam itu meski hanya dengan gerakan mata, saya berpindah tempat ke aula,
sendirian saja, saja memejamkan mata, saya membiarkan energi yang bersih oleh
segarnya udara pagi tadi membuat saya merasa nyaman. Oh iya padahal ketika saya
sampai ada dua anak muda, duduk di aula itu, Cuma ketika saya memilih diam dan
tak sekadar saja menyapa mereka memilih meninggalkan aula tersebut. Bathinku
anak-anak ini pasti kawan baru yang mau gabung dengan diskusi sastra.
Setelah cukup merasai hening. Saya, melihat HP
saya, kutemukan di sana ada inbok Yuli Nugrahani Kawan jaringan Kampoeng Jerami
yang baru saja membalas pesan saya tadi malam. Saya biasa memanggilnya kakak,
pagi katanya, saya lalu ngobrol sejenak di inbok, meski tak panjang seperti
biasa ia akan sibuk dengan aktifitasnya dan memang saya sudah ada teman yaitu
Juru Kuncinya tempat ini. Juru Kunci saya tawarin rokok saya dan kami saling
merayakan dingin berdua. “ajaklah kawan-kawanmu anak muda, saya suka kalau
tempat ini tak hanya jadi tempat gitar-gitaran saja, tempat pacar-pacaran” di
hening yang kesekian waktu kami sedang sibuk dengan alam pikiran
sendiri-sendiri. Saya, hanya tersenyum, dan beliau memang menyuport kegiatan
kami. Meski kami terus mencoba mempertahankan kepercayaan itu semisal: habis
diskusi kami biasa membersihkan tempat kami ngobrol bersama-sama.
Di Group BBM, saya sempat membaca beberapa kata
ijin dari beberapa kawan-kawan FBS, “ maaf kak, sekarang kami sedang UAM, atau
semodel ini, Maaf kak, Saya sedang mengawasi UAM”
Ada rasa ragu, ada rasa cemas, tapi kata temanku
yang selalu kuingat pesannya, “cemas tak akan mengubah apapun, lalu
mengalirlah, terimalah apa yang sudah ada.” Tarikan napaspun pelan-pelan
kulepas.
Tapi, di luar dugaan semuanya tak terjadi,
kecemasan itu hanya semata-mata kecemasan, pean-pelan dengan jumlah kawan yang
datang, sekitaran 10 orang saya membuka diskusi dengan beberapa hal obrolan
yang fokus tapi santai. Dan, ternyata benar-benar memuaskan hasilnya, sampai
jumlah yang hadir 35 orang, meski untuk peserta perempuan yang biasanya lebih
banyak hanya sekitaran 6 orang yang datang. Tak mengapa, ini proses naik dan
turunnya, di samping UAM dll hal.
Sebagaimana, pada pertemuan sebelumnya, yang kata
saya tak ada sempat untuk saya tuliskan, semangat mereka belajar terlihat dari
matanya, dari keguyuban ketika tertawa dan ketika sharing soal dunia tulis
menulis yang sama-sama ingin kami mulai dengan cara belajar bersama. Pada,
pertemuan kali ini, ada proses pelaporan KAS FBS yang sudah mencapai 14.500
rupiah dan sudah punya tabungan resmi dari BMT. Kamipun tertawa karena kita
cara menghitungnya adalah 14 juta 500 ribu rupiah. Mengalir sampai pada
pembahasan, kapan work shop kepenulisan dimulai. Lalu, satu-satu mengeluarkan
pendapat dengan melakukan pemetaan awal, lebih dulu mana, kelas cerpen atau
kelas puisi dan ternyata memang secara demokratis banyak memilih kelas puisi
dulu. Diskusipun egitu cepat dengan seperti yang saya akan tuliskan di bawah
ini:
1. Workshop menulis puisi/
kelas puisi akan dilaksanakan pada tanggal, 18-19 Maret 2016 bertempat di
Sanggar Bunyamin Gilang dengan ketentuan ijin dari pihak pengasuh. Dan pada
catatan ini ternyata saya sudah dapat kabar kalau Pengasuh lembaganya telah
memberikan ijin kepada FBS.
2. Peserta adalah anggota FBS
dan beberapa lembaga yang sengaja akan FBS mintai delegasinya minimal 2-3 orang
peserta.
3. Pendanaansementara ini karena Kas sampai pertemuan ini selesai baru berjumlah sekitar
40, 000,- maka peserta secara mandiri melepaskan pendanaan, dengan cara setiap
peserta membawa makan siang-siang sendiri, alias bekal sendiri =-sendiri dan
akan dilaksankan makan bersama sesuai bekal masing-masing (ini akan jadi
tradisi menarik bila kami bisa pertahankan. hehe)
4. Cetak Banner dan
transportasi Pembicara sementara ini akan ditanggung oleh Kampoeng Jerami
sebagai pendiri dan penggagas Forum Belajar Sastra.
5. Pembicara Hari Sabtu,
tanggal 19-03-2016 dari jam 8. 00 WIB-selesai (sehari) akan menghadirkan
pembicara, K. Muhamad Zammiel Muttaqien Pengasuh Bengkel Puisi Guluk-guluk.
(petugas komunikasi ke Pembicara, Fendi Kachonk)
Sungguh, inilah kebahagian saya pada hari ini, di
samping kegembiraan yang Yuli Nugrahani sampaikan secara singkat, “ Fendi,
catat semua proses forum belajar sastra itu, nanti takutnya kita kehilangan
masa untuk menuliskan sejarah versi kita, Kampoeng Jerami, dan seluruh
kawan-kawan FBS, itu penting, penting dan mohon doanya sehabis sholat Jum’at
saya pembukaan warung kami, WARUNG BAKSO DAN AYAM MIE DENMAS,” katanya.
Saya mengucapkan selamat ke kak Yuli Nugrahani dan
dapat inbok dari Umirah Ramata, “Say welcome to the world untuk ponakanmu ini”
foto anak yang baru lahir, perempuan telah lahir dari rahim Umirah Ramata, saya
girang, Umirah Ramata adalah adik dan perempuan hebat yang selama ini membantu
Kampoeng Jerami dalam proses pengarsipan, lay out dan mengurus ISBN. Selamat
untuk kami semua, Forum Belajar Sastra dengan persiapan Workshopnya, Yuli
Nugrahani dengan warung barunya, Umirah dengan anak perempuannya. Terima kasih
ya Allah, terima kasih. Dan, pertemuan
kami ini ditutup dengan baca puisi, monolog, senyuman dan tawa, semoga semangat
ini selalu menyala. Amin.