Daun-daun di halaman rumah, tak lagi bergerak
Derik rimbun pohon berburu
telinga ruang-ruang
Seperti kenangan yang memanggang
kecemasan
Dalam risau angin, pelan mendekap
kesunyian.
Pintu
kamar, lubang jendela dan sketsa wajah
Di kertas,
pulpen tergeletak, garis-garis kecil
Di balutan kafan, lekuk wajah dan kenangan.
Tempat muara hening meminjam irama dawai
Menerjemahkan nada-nada dalam gelas suara
Rindu mengajak kembali menoleh ke belakang
Merasakan ayunan air mengalir dari jiwanya.
Di wajah yang tak rampung di ujung kuasnya
Berebut tempat untuk lebih dahulu dinisankan
Tangannya kaku melihat selembar daun jatuh
Menuju senyapnya akar-akar mengerat air mata
Moncek, 220216
Tidak ada komentar:
Posting Komentar