Selasa, 05 Mei 2015

MUSIM TANPA KELAMIN

Bersama Matdon dan Yuli Nugrahani
di Majelis Sastra Bandung 2015


Ladang jagung, kidung burung, dan lengking seruling
di suatu senja, kita berpesta dengan saling bicara
jalan-jalan yang ditumbuhi kuning saga, rambut jagung
selepas musim menanam kuntum tembakau.

Ada yang ditinggalkan dari sebelum hari terbenam
tikar pandan, sisa minuman yang belum entas
dan buku yang belum dikembalikan ke dalam tas
sebagai peziarah aku mengantar punggungmu
melewati separuh malam, dalam genggeman.

"Ada saatnya nanti, pelangi mengajari matahari
seperti aku akan kembali, ke tanahmu, ke liangmu
pada cumbuan musim dan kepada puisi yang kita rampungkan
pastikan, bulu jagung, cerita perempuan peladang
dan gumpalan kesedihan yang dikuburkan di halaman belakang"

Semestinya, kita kan berdua, berbahagia, menarikan senja
lebih dekat sebelum matahari terbenam, suwung
kembali, aku menyebutmu, keesejatian tanpa kelamin
di ruang, di waktu, di manapun, kau bersamaku.

Moncek, 050515

Tidak ada komentar: