Jumat, 01 Mei 2015

SENJA


Senja selalu menghadang langkahnya. Bau tanah, hujan yang tadi singgah, aroma masakan dari dapur. Ibunya memasak air mata pada kuali dan tumpah keringat di ujung-ujung ruang meresap sampai ke jiwanya

Senja masih menghadang bayangannya saat malam kembali akan datang dengan jubah hitam putih membawa kain kafan kenangan. Tentang berapa janji, tentang berapa coretan yang ditulis di dinding kamar, di bawah foto perempuan yang digantung di paku karatan

Senja belum juga berdamai memberi kebahagiaan pada tiap pijak kakinya. Ada nanah dari ujung jari-jari menyusuri sungai-sungai sampai mata ikan menangkap bau masakan dan ia tak sadar. Kalau ia telah jauh merenungi waktu. Tentang hari dan masa depan yang ia akan tulis nanti, menjadi puisi paling sunyi.

Moncek, 271114.

Tidak ada komentar: