Jumat, 01 Mei 2015

PEREMPUAN KECIL


Melihat pelangi dari matamu yang bening seperti lautan dan kolam tanpa gerakan ikan-ikan memantulkan cahaya langit jingga. Sebelum senja masih menepi dari balik jaket ungumu serta dari selendang berwarna bianglala kau menuliskan nama Chiara di dada lebih dalam di nurani yang sama merasakan kehilangan.

Taman Budaya KalBar 2012

Di ladang jagung kau mendendangkan lagu hujan yang mengalir deras dari mata, dari ranting sampai akar juga sampai tungkai. Dan, tumitmu yang manis menjinjing jemari matahari. Menimangnya dengan kain gendong. Lalu menari bersama pelangi yang memancar dari auramu. Sebelum akhirnya kecupan di kening sebagai penentu.



Oh, tidak! Kau paham kalau luka sama seperti tanah yang meruap setelah hujan memandikan senyuman burung-burung yang tak jadi terbang. Karena kabut lebih dulu memahami. Meski ada yang tersisa. Sepucuk surat camar di dermaga senja. Kenangan yang diingat sebagai risalah mutiara karang yang bertahan dipercik air garam.


(Perempuaan, di balik matamu. Ada tuhan berbunga-bunga dan Chiara kecil menjadi merpati putih yang mematuk melati. Jauh, jauh, ke langit ke tujuh.)


Moncek, 161214.


Tidak ada komentar: