Minggu, 13 September 2015

DI DEKAT BUKIT

yang melintas di pikiran, di suatu senja, tadi
berjalan-jalan di kaki bukit, menikmati matahari
melihat latar rumputan, menikmati pemandangan
sepanjang pandang, lembah kupu-kupu
tebing tanpa air yang mengucur dari atas
aku tertegun, sembari aku raba tanah
aku heningkan diri, dalam sunyi

puisi-puisi beterbangan menjadi asap
berkabar tentang duka lara, di ladang-ladang
di hutan-hutan, telah banyak yang terjadi
seperti lelahnya mataku, menatap matahari
pelan-pelan menuju rembang lalu sebentar lagi
malam-malam akan mengemas segala letih
laki-perempuan akan pulang dan bukit ini
kembali akan sendiri, sendiri menatap takdir

aku masih mencari biru, pada ilalang
yang juga mulai memudar, sinar tinggal sedikit
hanya kepak burung-burung kembali ke sangkar
begitu jelas aku dengar, tapi kekosongan tiba-tiba
seperti gelas, atau seperti telaga yang kemarau.
tanpa alir air atau seseduh kopi menjemput mimpi.

Moncek, 130915

Tidak ada komentar: