1
: Ibu
Dulu kau gendong aku
tanpa sembunyi
dari binar matahari juga
rembulan malam
pun kau nyanyikan
kidung-kidung sunyi
selimuti aku di kandung
tak malu-malu
Ibu, dalam dahaga yang
kemarau lepas
aku tegak lurus di arus
sungai kasihmu
meskipun aku beraroma
keringat waktu
tak letih-letih memandu
ronta nakalku
dalam kain “pencung”
yang lusuh-layu
Ibu, doamu begitu lekat
mengikat jiwa
dan elus belaimu seperti
sentuhan sutera
membalut semua tempat
di jantung-hati
suaramu pun muara
telaga yang tenang
mengantarkan tidurku ke
tepian mimpi
(Aku berenang dalam
lautan kisah rindu
itari pulau kehidupan
dan kenangan
yang mulai beranjak sepi
tak bertepi)
Kini, aku ingin pulang
ke pangkuanmu
belajar kembali
aksara-aksara kepedulian
atau menghafal lagi
tembang kemanusiaan
yang tiap baitnya
isyaratkan perdamaian
Ibu, sungguh aku ingin
pulang!
Ket : Pencung : Bahasa
Madura artinya kain gendong.
Moncek, 181212
Tidak ada komentar:
Posting Komentar